Membangun untuk Esok

Progresa
5 min readApr 22, 2022

--

Pandemi, bencana alam, dan hambatan pada berbagai sektor kegiatan ekonomi kita, membuat perdebatan dan diskusi mengenai korelasi pertumbuhan ekonomis dengan kerusakan alam semakin intens. Berbagai sektor akademia dan industri, dari ekonomi, ilmu-ilmu budaya, pendidikan, ilmu-ilmu alam, filsafat, sampai akuntansi, manajemen, dan teknik, berusaha menjawab pertanyaan yang sudah lama ada: Apakah pertumbuhan harus selalu berarti kerusakan alam pada skala besar?

Mempertanyakan Pertumbuhan

Pandemi COVID-19 mendorong satu pertanyaan penting ke benak para pengambil kebijakan di seluruh dunia: Apakah kita berada di jalan pembangunan dan pertumbuhan yang benar?

Apabila benar Produk Domestik Bruto (PDB) adalah ukuran pembangunan yang absolut, maka mengapa Amerika Serikat begitu kewalahan menghadapi COVID-19 dibandingkan negara-negara dengan PDB jauh lebih rendah seperti Vietnam dan Taiwan? Sementara penduduk sipil dan tenaga kesehatan tumbang dalam angka yang tidak bisa dibilang sedikit di Amerika Serikat, Korea Selatan dengan PDB per kapita hanya 0.6x dari PDB per kapita AS jauh lebih baik dalam menghadapi gelombang-gelombang pertama pandemi, dengan new normal yang jauh terlihat lebih normal daripada depresi dan kehancuran yang dirasakan oleh Amerika Serikat di awal-awal pandemi yang penuh dengan kematian, kekurangan alat pelindung diri (APD), dan sulitnya akses untuk kamar-kamar rumah sakit yang mahal dan penuh di seluruh negara.

Salah satu korban Covid-19 di Indonesia (Gambar: Getty Images)

Indonesia sendiri merasakan depresi dan kehancuran yang sama. Taman pemakaman penuh, para tenaga kesehatan melayangkan protes bertubi-tubi kepada pemerintah yang sempat menggoncang Kementerian Kesehatan, setidaknya cukup untuk mengganti menterinya dari seorang veteran berkekuatan politik cukup kuat, ke seorang sipil tanpa beking politik apapun, bahkan bukan seorang dokter.

Dibayang-bayangi memori traumatik awal pandemi sampai varian delta, orang-orang pun mulai mempertanyakan: Apabila sistem-sistem pertahanan kita ternyata selemah ini, lalu apa yang sebenarnya kita bangun sampai saat ini?

Sejauh apa kita mengubah dan memodifikasi alam kita sampai dapat terjadi mutasi yang sedemikian membahayakan keberadaan kita sendiri, mengingat koronavirus merupakan spesies virus yang umum kita temui di alam bebas dan bukan suatu virus yang langka. Apakah kita sudah melalui the point of no return? Apakah degrowth menjadi keharusan?

Argumen untuk Pertumbuhan

Di sisi lain, kita harus melihat perubahan-perubahan seperti apa yang dibawa oleh pertumbuhan dan pembangunan itu sendiri. Saat ini, kita telah berhasil mengurangi jumlah populasi dunia dalam kemiskinan hingga mencapai angka 9.9% dari seluruh populasi dunia di tahun 2015 — sebuah angka yang menakjubkan apabila kita bandingkan dengan tahun 1990-an, yang berada pada 36%. Angka ini menggambarkan 1.1 miliar orang yang telah berhasil keluar dari kemiskinan ekstrim, yang batas pendapatannya dibawah 1.9 USD/hari.

Jumlah ibu hamil yang meninggal saat melahirkan juga telah turun dengan cepat — dari >450.000 pada tahun 2000, menjadi sedikit >300.000 di tahun 2017. Lebih dari 100.000 ibu melahirkan selamat akibat perluasan akses kesehatan yang lebih baik, nutrisi yang lebih terjamin, dan berbagai faktor lainnya — yang hanya mungkin oleh pembangunan dan pertumbuhan.

Namun, perlu diingat bahwa angka-angka ini-meski secara komparatif telah menjadi sangat kecil-tetaplah besar bagi mereka yang menjadi penyusun titik-titik data tersebut, di mana kebanyakan dari mereka berada di negara-negara yang masih berpendapatan rendah dan berkembang, secara PDB maupun Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari perspektif kami sebagai warga negara berpendapatan menengah dan ber-IPM menengah, rasanya tidak adil untuk menggaungkan seruan degrowth bagi negara-negara yang baru mulai merasakan manfaat pertumbuhan seperti negara-negara “maju”, yang maju tanpa dihambat seruan untuk melakukan degrowth, dan menggunakan eksploitasi, imperialisme, dan kolonialisme sebagai sumber daya ke-“maju”-an mereka.

Kami ingin mengajukan tesis pertumbuhan dan pembangunan yang lebih adil dan memungkinkan kami untuk mencapai kesetaraan pembangunan dan kemajuan: pembangunan yang berpusat pada pembangunan manusia dan tidak menafikan kerusakan alam dari perhitungan-perhitungan perencanaan pembangunan.

Persamaan untuk Pertumbuhan

Selama ini kita mengenal “kemajuan” atau “pembangunan” hanya dalam bentuk kenaikan PDB saja. Seakan dengan naiknya produksi dan membesarnya pasar-pasar komoditas, maka segala jenis kebutuhan hidup manusiawi dan layak akan terpenuhi secara ajaib. Namun, seperti yang sudah kita ketahui dan bahkan rasakan, pembangunan tidak semudah itu.

Bersama dengan pertumbuhan PDB yang fantastis, kerusakan alam yang dihasilkan fantastis pula.

Koral yang mati di Great Barrier Reef (Gambar: ANDREAS DIETZEL)

Industri perikanan, yang menjadi nafas penghidupan bagi banyak desa, kota, bahkan negara-negara maritim, telah mengakibatkan overfishing yang besar dan masif di berbagai samudera terbesar dunia, bahkan merusak susunan koral Great Barrier Reef yang menjadi rumah bagi lebih dari 6.000 spesies ikan, moluska, dan koral langka.

Industri hutan industrial, pertanian, dan peternakan, secara aktif dan langsung terlibat dalam penghancuran hutan-hutan dunia seperti Amazon dan Kalimantan, yang telah kehilangan 17% dan 30% hutannya. Hal ini tentu menambah parah krisis iklim yang telah nyata dampaknya di seluruh dunia.

Memang pada jangka pendek konversi sumber daya alam menjadi produk-produk ekonomik dapat mendorong “pembangunan”. Namun, apakah kita yakin bahwa manfaat yang kita terima pada saat ini, cukup untuk menutupi kerugian yang akan kita hadapi di masa depan? Pada akhirnya, kita harus kembali bertanya: Siapa yang kita prioritaskan? “Kita” hari ini? Atau “Kita” esok hari, yang akan menanggung dunia yang semakin panas, mikroba dengan berbagai mutasi dampak zoonosis, kanker akibat pencemaran lingkungan, miskinnya biodiversitas, bahkan hilangnya pantai-pantai akibat kenaikan air laut? Untuk siapa kita membangun? Menuju apa kita membangun? Bagaimana kita membangun? Bagaimana esok kita?

Written by: Cornelius Prabhaswara M.
Edited by: Rayhan Prabu Kusumo

Referensi

“30% of Borneo’s Rainforests Destroyed since 1973.” Accessed February 20, 2022. https://news.mongabay.com/2014/07/30-of-borneos-rainforests-destroyed-since-1973/.

Our World in Data. “Emerging COVID-19 Success Story: Vietnam’s Commitment to Containment.” Accessed February 20, 2022. https://ourworldindata.org/covid-exemplar-vietnam.

Finkenstadt, Daniel Joseph, Robert Handfield, and Peter Guinto. “Why the U.S. Still Has a Severe Shortage of Medical Supplies.” Harvard Business Review, September 17, 2020. https://hbr.org/2020/09/why-the-u-s-still-has-a-severe-shortage-of-medical-supplies.

“GBRMPA — Animals.” Accessed February 20, 2022. https://www.gbrmpa.gov.au/the-reef/animals.

“GBRMPA — Remaining Impacts from Fishing.” Accessed February 20, 2022. https://www.gbrmpa.gov.au/our-work/threats-to-the-reef/remaining-impacts-from-fishing.

Our World in Data. “How Many Women Die in Childbirth?” Accessed February 20, 2022. https://ourworldindata.org/how-many-women-die-in-childbirth.

Lim, Byeongho, Emma Kyoungseo Hong, Jinjin Mou, and Inkyo Cheong. “COVID-19 in Korea: Success Based on Past Failure*.” Asian Economic Papers 20, no. 2 (May 15, 2021): 41–62. https://doi.org/10.1162/asep_a_00803.

“Overfishing.” In Wikipedia, February 4, 2022. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Overfishing&oldid=1069819688.

Roser, Max, and Esteban Ortiz-Ospina. “Global Extreme Poverty.” Our World in Data, May 25, 2013. https://ourworldindata.org/extreme-poverty.

“Spanish Flu — Wikipedia.” Accessed February 20, 2022. https://en.wikipedia.org/wiki/Spanish_flu.

Steinbrook, Robert. “Lessons From the Success of COVID-19 Control in Taiwan.” JAMA Internal Medicine 181, no. 7 (July 1, 2021): 922. https://doi.org/10.1001/jamainternmed.2021.1625.

“‘There’s No Place for Them to Go’: I.C.U. Beds Near Capacity Across U.S. — The New York Times.” Accessed February 20, 2022. https://www.nytimes.com/interactive/2020/12/09/us/covid-hospitals-icu-capacity.html.

“Why Is the Amazon Rain Forest Disappearing? | Time.” Accessed February 20, 2022. https://time.com/amazon-rainforest-disappearing/.

“Zoonoses.” Accessed February 20, 2022. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/zoonoses.

--

--

Progresa

A student-run think tank with the primary goal of advocating progress and promoting awareness of the issues of the future